Ujian nasional datang lagi pekan depan. Sektiar 2,2 juta siswa akan menjadi peserta ujian nasional yang akan digelar pekan depan. Badan Standar Nasional Pendidikan menargetkan tingkat kelulusan pada tahun ini mencapai 92 persen.
Setiap tahun akan ada kenaikan nilai minimal standar kelulusan yang ditetapkan. Pada 2008, standar kelulusan 5,25. Sedangkan untuk tahun ini menjadi 5,50. Kenaikan standar dengan alasan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Mendekati pelaksanaan ujian nasioanal, distribusi soal-soal 40 persen lebih telah sampai di tingkat kabupaten/kota. Ujian digelar bertahap untuk masing-masing jenjang pendidikan yakni SMA (20-24 April), SMP (27-30), dan SD (12-14 Mei).liputan6.com
Shoutbox
Statistik Pengunjung
Komentar Terbaru
Media Massa
Surya
Suara Pembaruan
Suara Merdeka
Suara Karya
Sinar Harapan
Seputar Indonesia
Republika
Media Indonesia
Koran Tempo
Kompas
Kedaulatan Rakyat
Jurnal Nasional
Jawa Post
Jakarta Post
Harian Joglo Semar
Harian Bangsa
Duta Masyarakat
Commongroundnews
Bisnis Indonesia
Bali Post
Banjarmasin Post
Berbagi Button

Apr 17
Tingkat Kelulusan Ujian Nasional Ditargetkan 92 Persen
Diposting oleh
smart-schools
di
21.12.00
Praktisi: Target Kelulusan Ujian Nasional Terlalu Muluk
Praktisi pendidikan pesimis dengan target kelulusan ujian nasional sebesar 92 persen yang ditetapkan Badan Standar Nasional Pendidikan. Alasannya, standar nilai yang naik 0,25 menjadi 5,5. Praktisi pendidikan Arif Rahman justru menyarankan pihak yang membuat kebijakan memikirkan kembali dampak dari target itu. "Ujian nasionalnya perlu, tetapi rumus kelulusannya harus dikaji ulang," kata Arif Rahman di Jakarta, Jumat (17/4).
Berbeda dengan Arif Rahman, Suwano, Wakil Kepala SMA 3 Setiabudi, Jakarta Pusat, malah optimis sekolahnya dapat meluluskan siswanya sebanyak 100 persen. Tahun lalu, target kelulusan 97 persen diraih SMA 3 Setiabudi.
Untuk wilayah DKI Jakarta, pelaksanaan ujian nasional dibagi menjadi 16 rayon. Hingga kini, soal-soal ujian belum diterima pihak sekolah. Soal baru bisa diambil pihak sekolah beberapa jam sebelum ujian berlangsung. Menurut dinas terkait, hal ini dapat menurunkan tingkat kecurangan dan kebocoran saat ujian berlangsung
liputan6.com
Diposting oleh
smart-schools
di
21.10.00
Anggaran Sekolah Gratis Rawan Korupsi
Sekolah gratis yang dicanangkan pemerintah pada tahun ini akan sulit Indonesia. Pasalnya, dana bantuan operasional sekolah (BOS) sebagai penunjang terwujudnya sekolah gratis rawan korupsi karena hanya diketahui kepala sekolah masing-masing. Demikian dikatakan Ade Irawan, Koordinator Advokasi Publik Indonesian Corruption Watch atau ICW di Jakarta.
Untuk itu, ICW bersama dengan Dompet Duafa dan Yappika bekerja sama untuk meningkatkan partisipasi publik dalam mewujudkan sekolah gratis. Kerja sama ini akan menghimpun dana masyarakat dan diharapkan selama tiga bulan kedepan dapat mengumpulkan dana sebesar Rp 150 juga hingga Rp 200 juta.
Diharapkan selama tiga bulan ini peran serta masyarakat kian meningkat sehingga dapat mempercepat terwujudnya sekolah yang benar-benar gratis tanpa adanya pungutan.
liputan6.com
Diposting oleh
smart-schools
di
20.57.00
Feb 09
Enam Mahasiwa Asing Bawakan Tari Bali
Sebanyak enam dari 23 mahasiswa asing yang tengah menempuh pendidikan kesenian di Institut Seni Indonesia (ISI) unjuk kebolehan dengan membawakan tiga tarian.
Tari yang dibawakan yaitu tari pendet dan margapati yang ditampilkan oleh Sarka Bartuskova (Ceko), Lucia Mendoza Aquino Cwiek (Meksiko), Berta Maria Henandez (Meksiko), dan Hisano Nakamoto (Jepang). Sedangkan tari baris dilakukan oleh Jan Polivka (Ceko).
Penonton pun dibuat terpukau dengan tarian lemah gemulai disertai gerakan jari lentik, mata indah. Kehadiran mereka adalah dalam rangka pentas darmasiswa RI, ISI Denpasar untuk tahun ajaran 2008/2009.
Sarka, salah satu mahasiswa yang telah belajar seni tari selama 1,5 tahun ini mengaku senang karena keinginannya untuk belajar tari bali terwujud.
"Tarian bali itu unik, karena gerakannya begitu kompleks dan semua tubuh mulai dari ujung kepala dan kaki bergerak semua dengan ekspresi beraneka ragam," ungkapnya usai membawakan dua tarian yaitu pendet dan margapati di Denpasar.
Sebagai pemula, awalnya dia mengaku cukup kesulitan untuk menirukan gerakan, tapi toh lama kelamaan dapat diatasi kesulitan itu. "Karena saya suka untuk bisa menari secara benar saya butuh waktu sampai enam bulan," tuturnya.
Mereka yang dapat menari secara baik, nantinya akan dilibatkan dalam upacara panca wali krama yaitu upacara sakral di Pura Besakih yang digelar setiap 10 tahun sekali.
"Kita ajak mereka untuk ngayah (bekerja dengan sukarela) juga untuk pentas dari desa ke desa," imbuh koordinator mahasiswa asing ISI Denpasar, Ni Komang Artini. okezone.com
Diposting oleh
smart-schools
di
07.32.00
Feb 05
Tamu Belia di KPU Jawa Barat
Tidak hanya kader partai politik yang menyambangi KPU Jawa Barat. Sejumlah siswa sekolah pun sering datang ke gedung penyelenggara pemilu tersebut.
Seperti kemarin, tujuh orang siswa dari SMP Negeri 4 Bandung datang ke KPUD. "Kami ingin ketemu anggota KPU Jawa Barat," ujar Fitria, salah satu siswa tersebut.
Apakah kalian sedang demo? "Hehehe, tidak!" tambahnya.
Fitria mengatakan, dia dan teman-temannya ingin mengetahui seluk-beluk badan tersebut. Sebab, kata Fitria, sekolah sedang melakukan simulasi pemilu.
"Kami kebagian jatah sebagai KPU. Nah, kami harus ketemu KPU dulu biar ngerti soal KPU," tambah Dendi Septa Nugraha, seorang siswa lainnya.
Fitria dan Dendi kompak mengatakan jika pemilu sudah merupakan mata pelajaran wajib di sekolah. Pemilu menjadi salah satu bagian pelajaran dari Pendidikan Kewarganegaraan.
"Tapi kami benar-benar tidak tahu apapun soal pemilu dan KPU," tandas Fitria.
saat ditanya tentang bahan bacaan KPU dan pemilu, Fitria mengaku tidak pernah memperoleh bahan bacaan tersebut. Sebab, sekolah juga tidak menyediakan. detik.com
Diposting oleh
smart-schools
di
08.26.00
Feb 04
Ikapi Gelar Pameran Buku
Mengawali tahun 2009, pameran buku terbesar bakal kembali hadir di Jogja untuk memenuhi tanggungjawab dari para penerbit kepada para pecinta buku dan masyarakat yang hobi membaca. Pameran bertajuk Pikiran Dibuka Nurasi Bicara ini diselenggarakan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DIJ besok pada 11 hingga 16 Maret mendatang di Jogja Expo Center (JEC) yang diikuti 500 penerbit se-Indonesia dengan jumlah stan sebanyak 104.
Even akbar ini memiliki nilai tersendiri. Pasalnya, pameran digelar menjelang pesta demokrasi yakni pemilihan legislatif dan pemilihan presiden yang dihelat pada April dan Juli mendatang.
"Sesuai dengan tema pameran ini. Ikapi berharap rakyat dapat bersikap bijak dan berpegang pada hati nurani dalam menentukan pilihannnya," kata Ketua Panitia Pesta Buku YB Priyanahadi dalam konferensi pers di Bambo Resto Jalan Veteran kemarin.
Meski pameran di gelar menjelang pemilu, Hadi menjamin bahwa dalam pameran tidak ada satu pun poster atau media kampanye politik yang dipasang di tempat stan pameran. "Kami sudah mengingatkan kepada penyewa stan supaya tidak membawa atau membagikan poster kampanye politik," tambahnya.
Selain menggelar pameran buku, tambah Hadi, pihaknya juga telah menyiapkan beberapa agenda seperti pembuat buku besar yang diikuti siswa TK dan SD se-DIJ, pentas kesenian, fashion show, lauching buku, temu penulis.
"Dalam pembuatan buku itu nanti ada yang menulis dan menggambar. Ukuran kertasnya 160 cm2 sebanyak seribu halaman. Kegiatan itu dilakukan pada 16 Maret, hari terakhir pameran," kata Seksi Acara Muhyidin.
Menurut Hadi, pihaknya menargetkan 3000 pengunjung dalam setiap hari. Untuk menarik minat pengunjung, panitia telah menyiapkan door prize diantaranya satu buah sepeda motor, TV dan lain-lain, yang bakal diundi di akhir acara.
Pengunjung yang membeli buku minimal Rp 25 ribu akan mendapatkan satu kupon yang dapat digunakan untuk undian. "Door prize ini juga untuk penyewa stan pameran," jelas Hadi. jawapos.com
Diposting oleh
smart-schools
di
09.50.00
Anak-anak TKI di Sabah Kini Bisa Nyanyi "Indonesia Raya"
Mengharukan juga melihat dan mendengar anak-anak kelas 3 SD Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) menyanyikan lagu "Indonesia Raya" dan "Garuda Pancasila" sebelum mereka memulai belajar.
"Inilah cara kami mengenalkan Indonesia dan menumbuhkan rasa cinta pada diri anak-anak TKI di Sabah terhadap negara tercinta, Indonesia," kata Dadang Hermawan, Kepala Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sabah, Borneo.
Sekitar 80 persen, anak-anak TKI yang sekolah di SIKK lahir di Sabah. Mereka kurang mengenal Indonesia. Lahir karena orang tua mereka adalah buruh perkebunan kelapa sawit. Anak-anak TKI itu tumbuh dan besar di negeri orang tanpa bisa mengecap pendidikan formal seperti umumnya anak-anak Indonesia di tanah air dan anak-anak warga Malaysia.
"Tidak betul juga jika dikatakan anak-anak TKI tidak bisa belajar di sekolah Malaysia. Yang dilarang adalah sekolah kebangsaan karena itu ada subsidinya. Anak warga asing seharusnya sekolah di swasta atau sekolah internasional," kata atase pendidikan KBRI Kuala Lumpur, Imran Hanafi.
"Di sinilah persoalannya, orang tuanya berprofesi sebagai TKI tidak mampu membayar sekolah swasta apalagi sekolah internasional sehingga ribuan anak-anak TKI bisa mengecap pendidikan formal," tambah dia.
Ditambah lagi, peraturan imigrasi Malaysia melarang pekerja asing membawa anggota keluarganya, baik anak dan istri, termasuk dilarang kawin.
Namun kenyataannya, TKI yang bekerja di Sabah, apakah itu menjadi buruh perkebunan kelapa sawit atau menjadi pembantu, membawa keluarganya. Para majikannya tampaknya mengijinkan hal itu demi kenyamanan dan loyalitas kerja para buruhnya.
Menurut data KJRI Kota Kinabalu tahun 2006, ada sekitar 24.199 anak-anak TKI di Sabah tidak bisa mendapatkan pendidikan. Karena saat itu yang dicatat hanya anak-anak usia sekolah maka pada tahun 2008, diperkirakan 30.000 anak-anak TKI yang tidak mengecap pendidikan formal.
Hambatan Sekolah
Masalah buruh di perkebunan kelapa sawit untuk tidak boleh kawin dan membawa keluarga menjadi suatu dilema. Aturan imigrasi Malaysia memang buruh asing dilarang kawin dan membawa keluarganya, kecuali ekspatriat.
Hal itu diakui Manajer SDM Sabah Land Development Board (SDLB) Syaheddrul Joddari. "Kami punya buruh laki-laki dan wanita. Walaupun kami selalu melarang mereka kawin, tapi yang namanya cinta sulit dicegah. Perkawinan baik resmi atau tidak terjadi di perkebunan hingga mereka punya anak," katanya.
Melihat ada buruh yang kawin, punya istri dan anak sudah tentu mendorong buruh yang punya istri di kampung untuk membawa keluarganya ke Sabah. Hal ini berlangsung sekian lama sehingga ribuan anak-anak buruh perkebunan kelapa sawit kini tidak bisa mengecap pendidikan formal. Apalagi setelah ada revisi UU Pendidikan di Malaysia yang mendiskriminasi anak buruh asing bersekolah di sekolah milik pemerintah karena ada unsur subsidinya.
"Bagi majikan dan perusahaan perkebunan, ada keluarga buruh menciptakan kenyamanan kerja bagi si buruh. Jika nyaman maka loyalitas kerja juga bagus. Selain itu, anak-anak dan istri buruh juga bisa sekaligus bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Apalagi anak-anak buruh tidak bersekolah maka bekerja di perkebunan kelapa sawit selain menambah penghasilan juga kegiatan yang baik untuk membunuh waktu," kata konsuler bidang ketenagakerjaan KJRI Kota Kinabalu, Umbara Setiawan.
Anak tidak bisa sekolah sudah tentu akan menambah panjang kemiskinan keluarga buruh. Pemerintah Indonesia dan Malaysia dibantu LSM Humana berbasis di Eropa mencoba mengadakan sekolah informal. Anak-anak TKI dan buruh Filipina diajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Tidak ada jenjang kelas. Yang penting bisa membaca, menulis dan berhitung.
Pemerintah Malaysia juga sudah meminta perusahaan perkebunan secara sukarela menyediakan gedung sekolah informal. Kini ada sekitar 90 gedung sekolah informal yang dikelola Humana dengan jumlah murid sekitar 7.000 orang. Sejak tahun 2007, Indonesia telah mengirimkan 109 guru.
Tapi upaya pemerintah Indonesia tidak cukup sampai di situ saja. Atas dasar hubungan baik kedua negara, kedua kepala pemerintahan sepakat untuk mengijinkan adanya sekolah Indonesia di Kota Kinabalu bagi anak-anak TKI.
Sudah Operasi
Sekolah Indonesia Kota Kinabalu beroperasi sejak 1 Desember 2008 dengan jumlah 274 murid sekolah dasar (SD). SIKK memiliki enam ruang kelas di kompleks pertokoan Alam Mesra, Kota Kinabalu.
Dengan enam kelas, SIKK ini dapat menampung 326 anak TKI, tapi kini baru menampung 274 anak karena baru empat guru termasuk kepala sekolah ikut mengajar. "Dalam waktu dekat akan ada empat guru tambahan lagi datang dari Indonesia," kata Dadang Hermawan.
"Agar dapat memberikan pendidikan yang lebih luas kepada anak-anak TKI, SIKK akan mengadakan pendidikan non formal melalui paket A, paket B dan paket C, " tambah dia.
Untuk tahun pertama, seluruh anak-anak SIKK diberikan seragam baru "Merah Putih" dan buku-buku pelajaran. "Mereka sangat antusias dalam belajar. Masuk pukul tujuh tapi pukul 6 banyak yang sudah tiba di sekolah. Itu artinya mereka sudah meninggalkan rumah ke sekolah jam 05 pagi," ungkap Dadang.
Orang tua murid, Edijatmiko, asal Malang mengaku sangat senang ada sekolah Indonesia di Kota Kinabalu karena kini anaknya bisa mendapatkan pendidikan informal. "Selama ini, anak-anak kami hanya sekolah seperti madrasah di kampung. Tidak bisa masuk ke sekolah formal," katanya.
Menurut data KJRI, ada 576 anak TKI yang ingin sekolah di SIKK. Tapi setelah diadakan seleksi dan evaluasi hanya 274 yang bisa masuk sekolah formal. "Banyak anak-anak TKI di usia 11 tahun tapi belum bisa baca. Terpaksa kami tidak bisa terima," kata Kepsek SIKK Dadang.
Nabila, murid kelas I SIKK, mengaku senang bisa sekolah di SIKK. "Teman-teman juga senang bisa memakai seragam merah putih, seragam sekolah Indonesia. Saya kini sudah hafal lagu Indonesia Raya dan Garuda Pancasila," katanya sambil tersenyum. antara.co.id
Diposting oleh
smart-schools
di
08.17.00
Feb 02
70 Persen Guru Ditargetkan Melek Internet pada 2014
Direktur Southeast Asian Ministers Education Organization Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC) Gatot Hari Priowirdjanto menyatakan pemerintah menargetkan sebanyak 70 persen guru di Indonesia mampu mengoperasikan perangkat teknologi komunikasi seperti internet pada 2014.
"Saat ini sedang diupayakan material pengembangan teknologinya," kata Gatot saat ditemui usai Seminar 'Building Foundation for ICT-based Lifelong Learning through School Partnership' di Komplek Universitas Terbuka, Sawangan, Depok, Jawa Barat.
Pelatihan guru melek internet, kata Gatot, tidak akan dilakukan dengan metode konvensional. "Saat ini ada 2,7 juta guru. Kalau dilatih secara konvensional akan mahal dan lama. Pelatihan akan dilakukan jarak jauh," lanjut Gatot.
Sekretaris Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional Giri Suryatmana menyatakan pelatihan ini dilakukan seiring perkembangan teknologi yang semakin cepat.
Setelah mampu mengoperasikan internet, kata Giri, guru diharapkan mampu membawa prinsip teknologi ke proses belajar mengajar, contohnya belajar lewat perangkat multimedia. Selain itu, guru diharapkan berbagi pengalaman mengajar dan menggunakan teknologi lewat website atau blog. Guru juga harus menjadi sumber informasi bagi masyarakat.
Pada 2008, Giri menjelaskan pelatihan pembelajaran teknologi sudah dilakukan. Namun baru menjangkau 80 ribu guru saja. Lambatnya proses pembelajaran teknologi, kata dia, terjadi karena pemerintah lebih fokus ke peningkatan kesejahteraan guru. "Tidak mungkin belajar teknologi tinggi kalau perut lapar," ujar Giri.
Pada 2009, pemerintah akan memfasilitasi 1.900 kelompok kerja guru di 235 kabupaten terpencil dengan pemancar teknologi satelit. tempointeraktif.com
Diposting oleh
smart-schools
di
08.24.00
Seluruh Guru Bantu di Sumut Diangkat Sebelum Pemilu
Seluruh guru bantu di Sumatera Utara tahun ini akan diangkat menjadi pegawai negeri sipil dan mulai ditempatkan sebelum elaksanaan pemilihan umum. Penempatan guru bantu tersebut akan disesuaikan dengan permintaan pemerintah kabupaten/kota.
Menurut Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara (Sumut) Mahdi Ibrahim, saat ini jumlah guru bantu di Sumut mencapai 610 orang, dari total sekitar 12.000 guru bantu yang direkrut selama kurun waktu 2004-2005.
Sisa guru bantu yang belum diangkat menjadi PNS, menurut Mahdi, akan segera diangkat sebelum pelaksanaan pemilu.
"Mereka ini sebenarnya bagian dari 12.000 guru bantu yang direkrut di seluruh Sumut dalam kurun waktu tahun 2004-2005. Pengangkatan ini merupakan janji pemerintah yang pada tahun 2009 akan mengangkat semua guru bantu menjadi pegawai negeri sipil," kata Mahdi di Medan, Minggu (1/2).
Tahun 2009 ini rencananya pemerintah pusat mengangkat total 13.000 guru bantu menjadi PNS di seluruh Indonesia.
Selama ini kata Mahdi, 610 guru bantu di Sumut digaji dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui dana alokasi umum (DAU) yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota. "Untuk itu, penempatan mereka setelah pengangkatan akan langsung diserahkan ke kabupaten/kota," katanya.
Mahdi mengaku belum tahu jumlah guru bantu yang selama ini digaji oleh pemerintah kabupaten/kota dengan dana APBD. "Kalau guru bantu yang digaji dengan APBN di Sumut akan diangkat seluruhnya pada tahun ini. Kami tidak tahu berapa banyak guru bantu yang digaji menggunakan dana APBD kabupaten/kota," katanya.
Ketua Forum Komunikasi Guru Bantu Sumut Adi Wijaya mengungkapkan, pengangkatan seluruh guru bantu yang digaji oleh APBN pada tahun ini merupakan janji pemerintah dua tahun lalu. Saat itu, menurut Adi, pemerintah pusat mengatakan akan memberikan kejelasan nasib terhadap guru bantu di seluruh Indonesia yang direkrut tahun 2004 dan 2005.
Menurut Adi, guru bantu yang telah memiliki masa kerja lebih dari satu tahun memiliki hak untuk diangkat menjadi PNS. Adi mendesak, setelah pengangkatan guru bantu menjadi PNS, pemerintah juga harus segera menyiapkan proses prajabatan agar mereka mendapatkan status kepegawaiannya secara pasti.
Hingga tahun lalu, ketidakjelasan kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah menyangkut kepegawaian guru bantu di Sumut telah mengakibatkan ribuan guru bantu sempat tak menerima honor selama beberapa bulan.
Guru bantu tak mendapatkan honor karena pemerintah daerah merasa mereka telah diangkat menjadi pegawai negeri sipil, padahal surat pengangkatannya keluar belakangan. kompas.com
Diposting oleh
smart-schools
di
08.05.00
Jan 31
'Jangan Pandang Bulu antara PTN dan PTS'
Beasiswa yang diterima Perguruan Tinggi Swasta (PTS) lebih kecil dibanding yang diterima Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Rektor Universita Pasundan (Unpas) Didi Turmudzi berharap pemerintah tidak pandang bulu antara PTN dan PTS.
Hal tersebut diungkapkan rektor seusai menyerahkan beasiswa dari Disdik Jabar kepada 280 mahasiswa-mahasiswi Unpas berprestasi, di Kampus Unpas Jalan Setiabudi, Bandung.
"Apabila diberlakukan kompetisi yang sama mungkin para PTS akan meningkatkan mutunya," kata Didi.
Menurut Didi, selama ini pengembangan PTS hanya bergantung dari dana orangtua Mahasiswa-mahasiswi berbeda dengan negeri yang mendapatkan dana dari pemerintah pusat dan pemerintah Daerah.
Dalam setahun PTN hanya mampu mengalokasikan beasiswa pertahun untuk satu orang sejumlah Rp 2,5 juta. Sedangkan PTN mampu mengalokasikan dana beasiswa selama setahun dan per orang senilai 3,5 juta. "selain dari Pemerintah Pusat PTn juga dapat alokasi dari Pemerintah Daeah,' jelas Didi.
Sementara itu, dari 280 mahasiswa Unpas yang menerima besiswa 250 diantaranya adalah mahasiswa-mahasiswi berprestasi namun dengan ekonomi lemah. Sementra selebihnya adalah mahasiwa yang berprestasi selama masa SMAnya. detik.com
Diposting oleh
smart-schools
di
08.48.00
Menu Pencarian
Langganan Berita
Posting Terbaru
Serba Serbi
-
-
Cara Install dan Menggunakan IPERF di Windows 87 tahun yang lalu
-
Konsultasi Syariah Islam (KSI)11 tahun yang lalu
-
Feed2PDF: Konversi RSS Feed Ke PDF14 tahun yang lalu
-
Catatan Blog
Dibuang Sayang
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akan membuat paket pendidikan kebudayaan untuk membantu menjembatani kesenjangan kebudayaan di Sekolah Tingkat Lanjutan Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) di Indonesia.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT luncurkan program untuk masyarakat usia sekolah dasar yang selama ini tidak pernah tersentuh pendidikan. Diharapkan program ini dapat mengatasi kasus buta aksara di NTT yang sampai saat ini mencapai 300.000 lebih, pendidikan ini gratis dan pengajar adalah guru negeri
Pendidikan Gratis dan Beasiswa bagi 1.000 Mahasiswa akan direncanakan di Makasar, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sedang merancang alokasi anggaran pendidikan tahun 2009 sebesar 20 persen