"Sejak awal kami tidak bicara soal pencapaian prestasi, tapi teater sebagai sesuatu yang menyenangkan, dan mudah-mudahan dapat menyenangkan orang lain."
Kalimat tersebut diucapkan Sutardjo Wiramihardja (70), salah seorang pendiri teater modern Studiklub Teater Bandung (STB), kepada wartawan usai menerima penghargaan rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai teater modern tertua di Indonesia yang tetap eksis hingga usia 50 tahun, bertempat di Gedung Indonesia Menggugat.
STB berdiri sejak 1958 oleh tujuh orang di antaranya 5 mahasiswa ITB, seorang wartawan Bandung, dan seorang mahasiswi Unpar. Ragam hal telah dialami, mulai gejolak internal sampai dengan ketiadaan suntikan dana dalam setiap pementasan teaternya.
"Kita hanya berpikir teater adalah sebuah kesenangan sehingga mencapai kelanggengan sampai saat ini. Jadi, kita tidak berpikir macam-macam," kata Sutardjo.
Lebih dari 500 naskah telah dipentaskan dengan banyak mengadaptasi sastrawan dan dramawan Eropa. Sutardjo menuturkan, kelompoknya terus belajar terhadap apa atau siapa yang dinilai mumpuni dalam memberikan pembelajaran, terutama berteater.
"Sesuai dengan namanya, kita harus terus studi, harus belajar. Jadi kita belajar terus dari orang-orang yang dianggap mampu memberikan pengajaran dan mumpuni bagi kita," tuturnya.
Sutardjo mencontohkan, dari berbagai karya naskah Eropa yang paling banyak diangkat adalah karya sastrawan Anton Chekov, selain dari Nikolai Gogol, Tennessee Wiliams, Tagore, atupun Shakespeare.
"Karya Chekov lebih mudah diadaptasi, jadi tidak banyak mengubah bentuk karya aslinya, daripada karya Shakespeare yang harus banyak mengubah naskah," ujar Sutardjo.
Ditemui di tempat sama, Sugiyati (68) bendahara abadi STB yang juga istri dari pendiri STB, Sujatna Anirun menuturkan, saat ini STB memiliki anggota aktif lebih dari 40 orang. Namun kini mereka tidak lagi didominasi orang-orang berlatar belakang seni.
"Anggota sekarang tidak hanya dari orang-orang seni saja tapi dari berbagai latar belakang," kata perempuan yang tetap eksis dalam dunia pertunjukan teater ini.
Adapun harapan untuk generasi-generasi baru STB, Sutardjo menyatakan tidak akan banyak mencampuri pengembangan kreatifitas para generasi muda, walaupun ada modifikasi bentuk teater.
"Saya percayakan semuanya kepada mereka, dan kita harapkan ada sutradara-sutradara muda," ujar Sutardjo.
Dari ketujuh pendiri Studiklub Tater Bandung, hanya dua yang masih dapat menyaksikan keberlangsungan pementasan STB, yaitu Sutardjo Wiramihardja dan Jim Lim Liang Djin yang kini berada di Eropa. detik.com
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu