Hari ini (25/11) adalah Hari Guru Nasional Ke-63. Hari Guru Nasional diperingati bersamaan dengan hari ulang tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Momen tersebut seharusnya tak sekadar diperingati dengan melaksanakan upacara di sekolah atau seremonial pemberian tanda jasa bagi guru.
POERWODIONO berkali-kali mengucap syukur. Guru SMAN 15 itu tidak menduga bahwa kepedulian pemerintah terhadap profesi guru makin lama makin baik, termasuk soal peningkatan kesejahteraan. "Sekarang, kesejahteraan guru lebih baik. Gaji dan tunjangan guru sudah cukup banyak daripada dulu," tuturnya.
Guru yang telah mengabdi selama 30 tahun tersebut mengaku, dulu, saat awal menjalani profesi pendidik, bayaran yang diperoleh Rp 18.120 per bulan. Dengan gaji sebesar itu, alokasi duit untuk belanja setiap hari hanya Rp 604. "Saat itu gaji yang saya peroleh sebagai PNS jauh lebih kecil daripada gaji seorang guru swasta. Ketika itu gaji guru swasta mencapai Rp 80 ribu sampai Rp 90 ribu," ujarnya.
Meski tidak mau menyebut jumlah pasti pendapatan sebagai guru sekarang ini, Poerwodiono mengatakan relatif sudah mencukupi. Yang jelas, jika dibandingkan dengan gaji saat kali pertama menjadi PNS, sudah pasti jumlahnya berlipat-lipat. Apalagi, dia sudah bergolongan IV dan mengikuti sertifikasi untuk kuota 2008. "Pokoknya, banyak bersyukur," terangnya.
Tidak hanya perbaikan kesejahteraan. Guru bahasa Inggris tersebut mengakui, sekarang pandangan masyarakat terhadap guru sudah bergeser. Jika dulu profesi guru masih dipandang dengan sebelah mata, kini pandangan tersebut mulai berubah. Karena itu, sudah sewajarnya para guru terus memberikan yang terbaik bagi anak didik. Di pihak lain, dia tidak menutup mata bahwa masih ada sebagian guru yang belum bernasib baik. Untuk itu, pemerintah harus memperhatikan mereka.
Ketua PGRI Jatim Matadjit juga tidak menutup mata bahwa nasib guru sekarang jauh lebih baik. "Insentif guru sekarang mulai diperhatikan. Pemerintah sudah mengabulkan tuntutan anggaran pendidikan yang kami suarakan," ungkapnya. "Karena itu, nanti malam (tadi malam, Red) kami mengadakan tasyakuran," lanjutnya.
Karena kesejahteraan relatif jauh lebih baik, pria berusia 69 tahun itu berharap kualitas pendidik juga ditingkatkan. Kualitas guru yang sudah diberi kesejahteraan berlimpah tersebut harus sebanding. "Malu kalau sampai ogah-ogahan mengajar," paparnya.
Dia juga mendukung bahwa sudah seharusnya ada audit skill sebagai evaluasi. Program evaluasi bagi guru sangat baik. Sebab, kualitas pendidik dapat terpantau secara pasti. "Audit skill sebagai bahan rotasi guru-guru negeri juga dapat berdampak positif. Setidaknya, pemerataan kualitas guru diharapkan bisa terlaksana," tambahnya.
Kendati menganggap nasib guru saat ini sudah lebih baik, Matadjit menyatakan masih ada guru yang butuh perhatian. Terutama, para guru tidak tetap (GTT). Sampai saat ini gaji mereka sebagai GTT tidak lebih dari Rp 300 ribu hingga Rp 450 ribu per bulan. "Seharusnya, gaji mereka sesuai dengan UMK atau UMR yang berlaku saat ini," ungkapnya. jawapos.com
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu