KEDIRI - Puluhan siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Mannar Desa Tiron, Banyakan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, terpaksa belajar di halaman masjid dan rumah warga. Kegiatan belajar seperti ini sudah berjalan selama dua bulan seiring ambruknya sekolah mereka karena lapuk dimakan usia.
Kepala Sekolah MI Al Mannar Marianto menjelaskan pemindahan aktivitas belajar mengajar siswa ini dilakukan setelah empat ruang kelas di sekolah tersebut ambruk pada 23 Oktober 2008. Beruntung musibah tersebut terjadi di luar jam sekolah sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.
"Mungkin karena sudah terlalu tua dan tidak pernah mendapat renovasi sehingga gedung sekolah ambruk. Untuk menjaga kelangsungan proses belajar kami terpaksa memindahkan para siswa ke masjid dan rumah warga," terang Marianto di Kediri, Jawa Timur, Selasa (9/12/2008).
Sekolah yang memiliki 141 murid itu didirikan pada 1958. Sejak awal pendiriannya, pemerintah maupun yayasan belum pernah melakukan perbaikan fisik. Akibatnya empat dari tujuh ruang kelas yang ada tiba-tiba ambruk setelah diguyur hujan disertai angin kencang pada Oktober lalu.
Ironisnya, meski sudah melaporkan kejadian itu kepada pengurus yayasan dan Departemen Agama, hingga kini tidak ada upaya perbaikan sama sekali. Padahal sejumlah pegawai Kesbanglinmas Kabupaten Kediri sudah meninjau lokasi dan menyatakan kesediaan untuk membantu.
Karena kondisi tersebut, para pengajar terpaksa memindahkan siswa kelas I, III, V, dan VI ke rumah warga terdekat. Persoalan kembali muncul ketika tidak semua warga yang berada di sekitar sekolah bersedia menampung murid-murid itu. Akibatnya, mereka terpaksa meminjam halaman masjid Al Mannar sebagai tempat belajar siswa kelas I. Sedangkan siswa kelas III, V, dan VI harus rela berdesak-desakan di rumah warga.
Siswa kelas V misalnya, mereka harus rela belajar di sebuah gudang milik Ny Sri Sarwoindah, warga setempat, karena tidak ada lagi tempat yang tersedia. Sebelum dipergunakan untuk ruang belajar, Ny Sri menggunakannya sebagai tempat penyimpanan kayu dan barang bekas. "Sebenarnya kasihan juga melihat anak-anak belajar di tempat seperti ini. Tapi hanya ini yang bisa saya pinjamkan kepada mereka," tutur Ny Sri.
Pantauan di lokasi, gudang tersebut sebenarnya tidak memadai sebagai tempat belajar mengajar. Selain gelap dan lembab, anak-anak harus belajar di dekat tumpukan barang bekas. Untuk memisahkan gudang dengan ruang belajar, pemilik rumah hanya memasang kelambu tanpa ada bantuan lampu untuk membaca. okezone.com
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu