Sebagai seorang tukang pijat dengan ratusan pelanggan, jari jemari dan tangan Mbah Harto tidak terlihat berotot. Malahan, jemarinya terlihat lentik. Lengan tangannya pun tidak kekar meski untuk pijat capek, misalnya, dia selama sejam penuh meremas otot pasiennya.
Sama dengan jari dan tangannya, badan Mbah Harto terbilang langsing -kalau tidak ingin disebut kurus. "Tidak kekar ya? He he, ya memang begini saya," ungkap bapak empat putra ini saat ditemui di kediamannya, Jalan Genukwatu Barat Gang 2 Kota Malang.
Kebetulan, kemarin Harto tengah memijat seorang tetangganya. Sekilas melihat teknik pijatannya sepertinya tak serius. Hanya menekan sedikit di titik-titik tertentu dan mengurut. Tidak meremas atau menekan-nekan badan pasien. Fokusnya pun pada sekitar pundak, leher, dan lengan. "Ini bukan pijat capek. Tetapi pijat kebugaran," ungkap guru olahraga SDN Lowokwaru 2 itu.
Kesan memijat tanpa banyak mengeluarkan tenaga otot itu dibenarkan Harto. Menurut dia, untuk pijat kebugaran, sasarannya adalah simpul-simpul saraf dan aliran darah. Apabila aliran darah lancar, badan terasa segar, berkeringat, dan rileks. Khusus untuk yang sedang dalam kondisi tidak fit, pasien bisa tertidur sekejap. "Sekitar enam detik bisa tidur karena saya menghentikan sejenak aliran oksigen ke otak," kata bapak kelahiran Malang 53 tahun silam itu.
Khusus untuk tidur sekejap sang pasien, Harto mengaku macam-macam reaksinya. Ketika dipijat daerah lehernya, ada yang sempat kejang-kejang, ada yang ngorok, dan ada pula yang sampai ngompol. "Seingat saya ada tiga pasien yang sampai kencing di celana karena saya pijat lehernya. Itu reaksi fisik dan psikologis yang berlainan satu dengan lainnya," jelas dia.
Suami Armi Sulistyowati ini menuturkan, terjun ke dunia pijat-memijat dilakoninya semenjak 1994 lalu. Saat itu, Harto sering menolong rekan sesama guru dan tetangga yang ingin dipijat. Pada dasarnya, ilmu massage sudah dia punyai dari pendidikan SGO (sekolah guru olahraga) di Probolinggo. Selain itu, dia sering menangani anak-anak yang keseleo saat olahraga.
Dari sekadar menolong tanpa pamrih tersebut, nama Harto beredar dari mulut ke mulut. Seseorang yang merasa nyaman, segar, dan sempat tidur sejenak usai dipijat Harto bercerita kepada rekannya. Lalu, orang yang mendapat cerita itu ingin mencoba. Lantas dia berbagi pengalaman lagi dengan rekan lainnya. Begitu seterusnya.
Dari cerita mulut ke mulut itulah, nama Harto akhirnya ditambahi Mbah di depannya menjadi Mbah Harto. "Dasarnya rambut saya juga memutih dan suka memberi nasihat. Akhirnya banyak yang memanggil mbah meski belum punya cucu," ujar guru yang diangkat PNS 1 Maret 1983 ini, lalu tersenyum.
Semakin lama, meski tanpa promosi, ketenarannya sebagai guru yang nyambi tukang pijat pun terdengar ke lingkungan Diknas Kota Malang. Apalagi dia juga masuk dalam tim pemijat porseni. Kadiknas Shofwan, Kabid Dikmen Sugiharto, serta Kabid Fungsional dan Ketenagaan Zubaidah kini menjadi pelanggannya.
Banyak guru se-Kota Malang yang menjadi pelanggan Harto. Tidak sedikit pula pelanggan dari kalangan kepolisian, pengusaha, praktisi, dan profesional. "Saya ini sebenarnya guru. Jadi, supaya tidak mengganggu aktivitas mengajar, pemijatan dilakukan siang di atas pukul 14.00 hingga malam hari. Kalau minta pagi, saya tolak," ucap Harto.
Berbagai cerita dan pengalaman dia dapatkan dalam menekuni jasa pijat selama 14 tahun. Misalnya, memijat masal sekaligus 10 orang bergantian, dipanggil memijat tengah malam, hingga memijat rutin berbulan-bulan untuk orang yang sama hingga pasien bisa berjalan normal. "Kalau tidak dibayar, itu yang sering karena saya juga tidak mematok tarif," ungkap lulusan S-1 Keolahragaan IKIP Budi Utomo ini.
Bagaimana dengan obrolan di sela-sela pemijatan? Harto mengaku dia sering memberikan nasihat atas kondisi psikologis dan fisik pasien. Dari situlah kadang muncul kecocokan. Sehingga dia juga sering dianggap paranormal daripada tukang pijat. Calon pasien datang karena ada cerita dari rekannya usai dinasihati Harto.
Berbagai cerita dia dengarkan dan dia beri umpan balik. Sebaliknya, Harto juga sering melempar cerita untuk ditanggapi pasiennya. Dari situlah, banyak yang menganggap dia penuh nasihat. "Itu juga, sebutan Mbah Harto akhirnya menjadi pembenar saat ada yang mengira saya paranormal," katanya.
Namun Harto mengaku tidak mempermasalahkan sebutan atau anggapan dari masyarakat. Bagi Harto, apa yang dia mampu, dia akan sumbangkan kepada orang lain. "Monggo saja. Kalau obrolan saat pijat cocok, atau pijatnya enak, itu kesan pasien," tutur dia.
Menjadi pemijat dan memberi nasihat tidak lepas dari kegiatannya yang sering tirakat. Saat punya keinginan, dia sering berjanji kepada diri sendiri (nazar). Misalnya saat punya keinginan pindah ke Malang dari Tuban, lokasi penugasan pertama menjadi PNS. Dia berjanji akan pulang jalan kaki dari Tuban ke Malang kalau keinginannya terkabul.
Dua tahun setelah berusaha, Harto pun akhirnya mendapat persetujuan untuk pindah ke Malang. Saat itulah, dia pulang dengan berjalan kaki selama lima hari. "Saya jalan mulai pagi hingga matahari terbenam. Malam harinya saya pilih tidur di pos polisi," kata penghobi catur ini. jawapos.com
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu