Kelangkaan minyak tanah selama satu pekan terakhir meresahkan warga Kota Kupang. Upaya pencarian minyak tanah melibatkan anak-anak sekolah di sejumlah pangkalan. Kelangkaan itu diduga akibat pengurangan kuota minyak tanah untuk Nusa Tenggara Timur pada tahun 2008.
Ketua RT 01/05 Kelurahan Oebobo Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang, Aloysius Gerardus Susu di Kupang, Minggu (7/12) mengatakan, kelangkaan minyak tanah di Kota Kupang terjadi sejak Senin (24/11). Setiap hari warga mencari minyak tanah dari pangkalan yang satu ke pangkalan lainnya, tetapi tidak mendapatkan.
“Orangtua mengerahkan anak sekolah untuk menunggu minyak tanah di pangkalan sampai siang hari, tetapi tidak mendapatkan minyak. Mereka pulang kosong, kemudian esok pagi anak-anak antre lagi. Ini sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar para siswa, apalagi sebagian mereka sedang mengikuti ujian semester,” katanya.
Kelangkaan itu makin meresahkan karena terjadi di seluruh Kota Kupang. Warga membawa jeriken minyak, melakukan pencarian di sejumlah tempat tetapi tidak dapat sama sekali.
Pemilik Pangkalan Minyak Tanah di Gua Lourdes Oebobo Kupang Ny Tjeng Ho mengatakan, dalam tiga hari terakhir agen minyak tanah mengirim lima drum minyak ke pangkalan, tetapi habis dalam waktu 1-2 jam, dengan harga Rp 3.000 per liter. Masyarakat antre sambil membawa jeriken sampai 500 -700 meter.
Distribusi minyak tanah mulai lancar dalam tiga hari terakhir setelah pihak Wali Kota turun tangan menangani kasus ini, dengan melibatkan anggota Satuan Polisi Pamong Praja. Sebelumnya, distribusi sangat lambat, dalam satu pekan hanya tiga kali.
Sekitar 200 pangkalan minyak di Kota Kupang dalam tiga hari terakhir kesulitan melayani permintaan masyarakat. Masyarakat berjubel di setiap pangkalan. Pangkalan kecil mendapatkan 1-2 drum minyak tanah, sementara pangkalan besar sampai lima drum.
Kepala Subdinas Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Nusa Tenggara Timur Bambang Sumarsono mengatakan, distribusi minyak tanah ke setiap pangkalan seperti biasa yakni 60.000 – 65.000 liter per hari. Jumlah itu sesuai kebutuhan per hari warga Kota Kupang. Hanya permintaan masyarakat akan minyak tanah meningkat menjelang Natal dan Tahun Baru.
“Warga tidak lagi membeli 5 liter per hari, tetapi 10-15 liter per hari untuk mengantisipasi hari raya Natal dan Tahun Baru. Kondisi ini menyebabkan terjadi kelangkaan minyak tanah di seluruh Kota Kupang,”kata Bambang.
Anggota Komisi B DPRD Kota Kupang Chris Matutina menegaskan, tidak ada warga membeli minyak tanah dalam jumlah besar untuk persiapan Natal dan Tahun Baru. Tetapi kenyataan sekarang masyarakat kesulitan mendapatkan minyak tanah. Buktinya, di rumah-rumah warga tidak ada minyak tanah sama sekali sehingga memasak saja mereka mulai menggunakan kayu bakar.
Diduga Pertamina mulai melakukan pengurangan distribusi minyak tanah di Kota Kupang, dengan pertimbangan warga Kota Kupang sudah beralih ke kompor gas. Ternyata, hampir 97 persen warga Kota Kupang masih bergantung pada minyak tanah.
Kelangkaan minyak tanah diduga disebabkan kuota minyak tanah untuk NTT tahun 2008 turun 935 kiloliter atau hanya 90.685 kiloliter, dibanding tahun 2007 sebanyak 91.620 kiloliter. Tahun 2007 pun masih terjadi kelangkaan di sejumlah wilayah, apalagi setelah dilakukan pengurangan.
Pengamatan di sejumlah pangkalan minyak tanah, warga antre dari pukul 06.00 Wita menunggu minyak tanah. Sekitar pukul 09.00 – 10.00 Wita agen minyak tanah melakukan pengisian di sejumlah drum milik pangkalan minyak tanah.
Tetapi pendistribusian itu tidak merata sehingga kelurahan yang tidak kebagian, melakukan pengisian di kelurahan lain. Akibatnya, warga di kelurahan itu tidak kebagian minyak tanah.
Ny Elsie Jengga menuturkan, tidak pernah menyimpan minyak tanah di rumah. Kelangkaan minyak tanah itu terjadi sudah cukup lama di Kota Kupang, setelah pemerintah berencana melakukan konversi minyak tanah ke gas elpiji.
“Kami tidak akan menggunakan gas elpiji. Selain mahal, terjadi sejumlah kasus peledakan tabung gas di sejumlah daerah, membuat kami takut. Tabung gas ukuran tiga kilogram memang lebih murah tetapi sering meledak,”katanya. kompas.com
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu