INILAH.COM, Jakarta : Indonesia memiliki Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (InaTEWS) sebagai upaya mitigasi bencana tsunami di Tanah Air. Sistem ini disebut memiliki teknologi paling canggih di dunia.
"Sistem peringatan dini seperti yang diluncurkan di Indonesia, sudah diluncurkan lebih dulu di India dan Australia. Tapi sistem yang paling modern teknologinya ya yang ada di Indonesia," kata Jan Sopaheluwakan, Ketua Kelompok Antarbangsa UNESCO untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami Samudera Hindia.
Menurut Jan Sopaheluwakan, teknologi di InaTEWS didukung stasiun GPS dan jaringan pelampung (buoy), serta dilengkapi dengan sensor seismik pengukur tekanan dasar laut ("ocean bottom pressure"/OBP) dan jaringan pengukur tinggi gelombang ("tide gauge").
Fungsi GPS dalam sistem ini merupakan pengembangan penting dalam bidang teknik bila dibandingkan dengan sistem-sistem buoy lainnya yang pernah ada di Samudera Pasifik.
Melalui komunikasi satelit, sensor terhubung ke Pusat Peringatan dan Mitigasi Dini yang dioperasikan oleh Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Jakarta.
Di Pusat Peringatan ini, aliran data stream secara "on-line" diproses. Berdasarkan data-data sensor tersebut, dengan cepat dihasilkan simulasi-simulasi tsunami yang kemudian digunakan dalam Sistem Pendukung Keputusan ("Decision Support System"/DSS), yang menghasilkan gambaran situasi terkini dengan cepat dan terperinci.
Dengan sistem ini, BMKG bisa mengukur kekuatan dan sumber gempa dalam waktu kurang dari 5 menit. Lalu setelah diproses oleh DSS selama 3 menit, sudah bisa diketahui ke mana arah gelombang laut, jam berapa akan tiba di pantai, dan berapa tinggi gelombang yang akan tiba di pantai.
Kepala BMKG Sri Woro B Harijono mengatakan InaTEWS adalah proyek nasional yang melibatkan berbagai institusi dalam negeri di bawah koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK).
"Pembangunan InaTEWS juga mendapat bantuan sangat besar dari berbagai organisasi dan negara donor antara lain Jerman, China, Jepang, Amerika Serikat, dan Prancis," tambahnya.
Sri Woro menjelaskan Pemerintah Jerman memberikan kontribusi pada pembangunan InaTEWS dari hulu hingga hilir, yang meliputi sistem pemantauan, pengolahan dan analisa, penyebaran, pembangunan kapasitas, peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat. "InaTEWS saat ini sudah beroperasional meskipun belum semua sistemnya terpasang dengan sempurna. Sistem pemantauan muka tengah laut baru 3 terpasang dari rencana 23, sistem DSS juga masih memerlukan penyempurnaan," kata dia.
Namun demikian, lanjut Sri Woro, kehadirin InaTEWS ini merupakan satu tonggak pencapaian yang sangat pesat dari Indonesia dalam hal mitigasi bencana tsunami dari sisi peringatan dini.
"Dan kami akan melengkapi sistem ini paling lambat tahun 2010," ujarnya.[*/ito}
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu