Konvensi anak muda terbesar gelaran DetEksi Jawa Pos, Espresso DetEksi-Con 2k8, mulai hari ini dibuka di SSCC Supermal Pakuwon Indah, Surabaya. Seperti enam tahun penyelenggaraan sebelumnya, even tersebut menampilkan kompetisi mading terbesar sebagai suguhan utama.
Tidak tanggung-tanggung, 384 mading SMA dan SMP bakal dipamerkan di kawasan seluas hampir setengah hektare tersebut. Mereka datang dan dikerjakan oleh ribuan pelajar dari 132 sekolah, dari 14 kota di Jawa Timur.
Tahun lalu, konvensi sepuluh hari itu dikunjungi sekitar 75 ribu penonton. Saking hebohnya, orang kadang harus antre sampai dua jam hanya untuk masuk ke arena pameran mading.
Tahun ini, jumlah mading telah memecahkan rekor tahun lalu (tahun lalu 365 mading). Karena itu, jumlah penonton pun diperkirakan bakal bertambah.
Kemarin, semua mading sudah siap di-display. Panitia tinggal merapikan panggung dan pintu masuk konvensi. Karena tahun ini panitia mengangkat tema fairy tale, suasana SSCC pun terasa sangat ''dongeng'' sekaligus multikultural.
''Banyak sekolah membuat mading yang mengangkat kisah Barat seperti Cinderella dan Sleeping Beauty. Banyak pula yang mengangkat kisah Indonesia seperti Malin Kundang dan Jaka Tarub. Ada juga yang mengangkat dongeng dari negara lain, seperti Jepang,'' papar Azrul Ananda, produser Espresso DetEksi-Con 2k8.
Tidak sedikit pula yang mengaitkan dongeng dengan peristiwa-peristiwa terkini, termasuk untuk kritik sosial. Misalnya, mading Situ Bagendit Was Got Punishment karya SMA YPI Nur Hidayah Surabaya.
Tema yang mereka pilih merupakan cerita rakyat dari Jawa Barat. Tentang janda kaya, Nyi Endit, yang rumah dan seluruh hartanya terbenam dalam banjir karena dirinya sangat pelit. Lewat kisah itu, mereka mencoba terus mengingatkan kita terhadap bencana lumpur di Porong, Sidoarjo.
Mading itu terlihat terbagi dua. Satu sisi berisi miniatur-miniatur rumah mewah, sisi lain menampakkan rumah-rumah yang terbenam dalam lumpur, ala di Porong.
Dalam mading tersebut bahkan ada artikel tentang Aburizal Bakrie. ''Yang dialami Nyi Endit kami anggap sama dengan Aburizal Bakrie. Bedanya, Nyi Endit kena azab banjir, Aburizal kena bencana lumpur,'' jelas Rizky Andi Nurrachman, anggota mading SMA YPI Nur Hidayah.
Selain kompetisi mading, Espresso DetEksi-Con 2k8 diramaikan sejumlah kompetisi anak muda lain. Ada modifikasi sepatu, model duta sekolah, pop group, band, Oz DetEksi Challenge (cerdas cermat bahasa Inggris), serta jurnalis sekolah.
Hari ini, kompetisi akan dibuka oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia Bill Farmer. Sejak tahun lalu, pemerintah Australia -lewat Australian Education Centre- memang ikut mendukung kompetisi tersebut. Pada akhir kompetisi, tujuh pelajar pemenang akan dikirim ke Australia untuk homestay.
''Kompetisi DetEksi merupakan yang paling fun di belahan selatan bumi. Banyak anak muda adu kreasi. Saya ingin bilang yang paling menyenangkan di dunia. Tapi, yang jelas, sangat menyenangkan,'' kata Farmer saat berbicara dalam acara makan malam Indonesia Australia Business Council di Surabaya tadi malam.
Pameran Espresso DetEksi-Con 2k8 akan berlangsung hingga 30 November mendatang.jawapos.com
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu