Dua siswi kelas enam SDN Percontohan 08 Tamansari, Jakarta Barat, diculik seorang wanita ”pencari bakat”. Sebelum menculik, wanita itu memperdayai para bocah tersebut dengan mengaku telah mendapat izin kepala sekolah.
Kedua siswi SD tersebut, Nanda Delia dan Shelgy Nursyahbani atau Egi, diculik seorang wanita berpakaian seperti guru, berambut pendek, dan berperawakan kurus, Senin (24/11) siang. Setelah mempereteli perhiasan Nanda, si penculik meninggalkan kedua bocah berusia 12 tahun ini di Mal Kalibata, Jakarta Selatan.
Nanda dan Egi tak kenal wanita penculik itu. ”Dia menawari kami mengikuti lomba menulis indah di atas kartu undangan. Katanya kami akan diberi hadiah berupa alat-alat sekolah dan uang tunai,” ujar Nanda di Mapolsektro Tamansari, semalam. Wanita itu menemui Nanda dkk pada jam bubar sekolah.
Lufna, rekan sekelas Nanda dan Egi, juga ditawari ikut lomba menulis indah. Menurut Nanda, awalnya ia, Egi, dan Lufna tak percaya dengan perkataan wanita yang baru sekali itu mereka jumpai. Namun, wanita tersebut mengaku sudah mendapat izin dari kepala sekolah dan wali kelas. Bahkan, menurut Nanda dan Egi, si wanita mengaku menemui ketiga siswi kelas enam tersebut karena mendapat petunjuk dari kepala sekolah.
”Kata perempuan itu, sebelum menemui kami, dia menemui kepala sekolah dan wali kelas kami. Jadi kami percaya saja,” kata Nanda yang diamini oleh Egi. Ketiga siswi kelas enam tersebut percaya dan bersedia ikut si pencari bakat. Tepat pada saat itu, orangtua Lufna tiba di sekolah untuk menjemput putrinya sehingga Lufna batal ikut ”lomba menulis indah”.
Naik kereta
Sementara itu, Nanda dan Egi diajak naik mobil warna hitam dan turun di Stasiun KA Sawahbesar. Mereka lantas naik kereta api sampai Stasiun Kalibata. Perjalanan diteruskan ke Mal Kalibata yang berjarak sekitar 300 meter dari stasiun dan berakhir di sebuah restoran cepat saji di mal tersebut.
Di restoran ini, Egi diminta melepaskan kalung dan gelang emasnya seberat sekitar 15 gram. Sedangkan Nanda yang tidak memakai perhiasan hanya melihat saja. ”Waktu saya diminta melepaskan perhiasan sepertinya permintaan Oma saya. Dia mengaku baru saja menerima telepon dari Oma,” kata Egi. Sebelumnya, di perjalanan ke Kalibata, Nanda dan Egi diminta menyebutkan nomor telepon orangtuanya.
Perhiasan emas itu lalu disimpan di dalam kotak pensil dan diserahkan kepada si perempuan itu. ”Saya tidak curiga sama sekali,” tutur Egi.
Sesaat kemudian, wanita penculik ini minta Egi dan Nanda menunggu di restoran karena dia akan pergi sebentar. ”Dia bilang mau mengambil kartu undangan yang ada di kantornya. Tapi, setelah ditunggu berjam-jam, perempuan itu tak datang juga,” kata Egi.
Tebusan
Sekitar pukul 15.00 atau tiga jam setelah jam bubar sekolah, Susan — orangtua Egi— khawatir dan cemas karena putrinya belum pulang. Padahal, Ega —saudara kembar Egi—, sudah tiba di rumah pada pukul 13.00. Ega dan Egi bersekolah di SD yang sama. ”Ega sudah pulang dari pukul 13.00. Tapi Egi sampai pukul 15.00 belum juga datang. Saya mendatangi sekolah untuk mencari anak saya, tapi tidak ketemu. Saya tanya para pedagang di sana, katanya anak saya dibawa seorang ibu,” tutur Susan.
Pada saat yang sama, pasangan Firman Bei-Sri Mulyati —kakek-nenek Nanda—, pusing bukan kepalang karena cucunya diculik dan si penculik minta uang tebusan puluhan juta rupiah. Keluarga Susan dan Sri Mulyati tinggal berdekatan di Jalan Manggabesar IV, Tamansari. ”Saya tidak tahu persis berapa uang tebusan yang diminta. Permintaan uang tebusan itu diterima ibunya Nanda,” kata Firman Bei.
Sore itu juga, Firman melapor ke Mapolsektro Tamansari. Sementara itu, sekitar pukul 16.00, Nanda dan Egi menyadari bahwa perempuan pencari bakat itu adalah pelaku penipuan. Keduanya lantas melapor ke petugas Mal Kalibata. Nanda dan Egi pun dibawa ke pos keamanan dan petugas mal menghubungi orangtua mereka.
Kabar dari petugas Mal Kalibata itu diterima keluarga Nanda dan Egi saat mengikuti petugas Polsektro Tamansari melakukan penyelidikan di SDN Percontohan 08 Tamansari. ”Begitu mendapat laporan, kami langsung menerjunkan satu tim untuk mengeceknya. Ternyata benar, kedua anak itu ada di sana,” kata Kapolsektro Tamansari Kompol Imam Saputra yang didampingi Kanit Reskrim Iptu Wirdhanto, semalam. Nanda dan Egi kemudian dijemput dari Kalibata dan tiba di Mapolsektro Tamansari sekitar pukul 20.00. Keluarga mereka histeris ketika Nanda dan Egi turun dari mobil.
”Saya senang cucu saya bisa kembali ke pangkuan saya. Saya tidak habis pikir jika dia sampai dicelakai,” kata Sri. Sedangkan Susan terus-menerus memeluk dan menciumi Egi. Meski perhiasan anaknya raib, Susan gembira lantaran anaknya selamat. ”Saya bingung sekali waktu itu. Sebab, semua teman-temannya sudah pulang sementara anak saya belum pulang,” kata Susan.
Imam Saputra mengatakan, kejadian yang menimpa Nanda dan Egi harus dijadikan pelajaran bagi para orangtua, murid, dan guru sekolah. ”Kami mengimbau agar seluruh warga masyarakat memperhatikan hal ini agar tidak terjadi lagi. Anak-anak harus diajarkan untuk berani melawan jika ada orang yang hendak berbuat jahat,” kata Imam.
Perlawanan, kata Imam, bukan hanya perlawanan secara fisik. ”Perlawanan itu bisa berteriak atau lari. Dan, ingat segera laporkan kepada guru, orangtua, atau polisi jika ada orang yang jahat,” katanya.
Hingga semalam, pihak sekolah belum dapat dimintai keterangan. Imam menambahkan, bebasnya Nanda dan Egi terjadi juga berkat kecerdasan kedua bocah tersebut karena minta tolong ke petugas mal.indosiar.com
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu