Liputan6.com, Jakarta: Duduk di sekolah favorit mungkin menjadi idaman semua siswa. Namun di SMA 70 Jakarta, sebagian siswa baru kelas satu harus mengalami tradisi seperti penganiayaan, tawuran antarsiswa, hingga pemerasan. Selain takut, ada alasan lain di balik ketidakberdayaan para siswa baru.
Tidak semua siswa kelas satu, sanggup bertahan. Sebagian siswa bahkan terpaksa harus mencari sekolah baru untuk menghindari aksi senioritas. "Akhirnya saya udah ga mau sekolah, saya di kamar aja kerjanya. Akhirnya orangtua ngambil inisiatif harus pindah. terus nyari sekolah pindahan," kata salah seorang siswa.
Keputusan pindah jelas membuat kecewa korban maupun orangtuanya. Meski sudah tidak bersekolah di SMA 70, trauma masih menghantui korban. Perasaan ini pula yang kini banyak dirasakan siswa kelas satu yang bertahan. Mereka berharap tradisi yang tak pantas ini segera dihentikan.
Sementara itu, Tere, salah seorang alumni SMA 70, mengaku kaget ketika ditunjukkan rekaman pelecehan dan kekerasan yang terbaru dari sekolah lulusannya. Penyanyi yang kini terdaftar sebagai calon legislatif Partai Demokrat ini mengaku dulu bagian dari sistem perploncoan. "Entah kenapa hal itu menjadi bagian dari budaya di SMA 70," kata Tere.(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu