Guangdong China : Teknologi tercipta atas kreasi dan daya cipta manusia untuk menjadikan kehidupannya lebih baik, lebih berkualitas. begitu kira kira asal muasal teknologi secara filosofis. Namun apa jadinya ternyata bila teknologi yang tercipta, justru hanya menjadi lahan manfaat hanya bagi segelintir orang tanpa memikirkan kemaslahatan orang banyak?.Inilah yang saya sebut teknologi tanpa nurani, teknologi yang didasarkan bukan pada nilai kebaikan untuk orang banyak, teknologi yang didasarkan semata untuk kepentingan kepentingan pribadi, tanpa dilandasi nilai nilai spiritual dan tanpa mengindahkan aturan aturan keTuhanan.
TELUR TIRUAN
Masyarakat Indonesia mayoritas penggemar setia telur, pertimbangan mengkonsumsi telur tentunya juga karena alasan kandungan nilai gizi telur yang cukup (disamping juga harganya yg cukup ekonomis). Namun bagaimana bila ternyata telur telur yang kita makan itu ternyata hanya sejumlah bahan kimia buatan yang terbuat dari getah damar, kanji, pigmen pigmen dengan campuran tawas?, bukannya nilai gizi cukup yang akan kita dapatkan justru mungkin satu dua tahun kedepan akan ada efek kesehatan serius yang akan menimpa.
Koran nomor satu Korea, Chosun Ilbo, telah menerbitkan sebuah artikel berjudul “MBC Special mengekspos telur-telur tiruan buatan China”, melaporkan secara rinci bagaimana telur-telur tiruan itu dibuat. Dong-A Ilbo, koran Korea lainnya, pada 14 Agustus 2007 juga telah menerbitkan sebuah laporan berjudul “Telur-telur buatan dari China dibuat dari bahan-bahan kimia telah muncul di pasaran”. Sepersepuluh Harga Menurut laporan dari Chosun Ilbo, karena peningkatan tajam harga-harga makanan di China, telur-telur buatan, yang dibuat hanya dari bahan kimia tanpa bahan alami, telah muncul di Kota Zhengzhou, Provinsi Henan. Mr. Wang, yang menjalankan sebuah perusahaan yang membuat bahan tambahan makanan, menjelaskan bagaimana telur-telur tiruan itu dibuat. ‘Putih telur’ dibuat dengan melarutkan sodium alginate dalam air. Larutan tersebut akan terlihat seperti cairan bening yang kental dan sulit membedakannya dengan putih telur yang sebenarnya. ‘Kuning telur’ dibuat dengan menyekop suatu carian dengan pigmen kuning dan memadatkan serokan cairan tersebut ke dalam larutan kalsium klorida. Akhirnya, ‘putih telur’ dan ‘kuning telur’ dibungkus ke dalam ‘kulit telur’ yang dibuat dari kalsium karbonat. “Jika ditambahkan tepung kanji atau bubuk kuning telur pada ‘kuning telur’ tersebut, tekstur dari sebuah telur buatan setelah dimasak hampir identik dengan telur yang sebenarnya.”
Wang mengatakan hanya menghabiskan 0,55 yuan (0,07 dolar AS) untuk membuat lebih dari 2 butir telur, kurang dari sepersepuluh harga telur yang sebenarnya di pasaran (0,8 dolar AS.) Bahan utama dalam telur-telur buatan tersebut adalah bahan tambahan makanan, getah damar, kanji, pengeras, dan pigmen-pigmen. Konsumsi yang berlebihan atas bahan-bahan tersebut akan merusak perut dan menyebabkan gejala-gejala seperti kehilangan ingatan dan keterlambatan mental, dll.
Kursus Membuat Telur Buatan Diiklankan Secara Online di China Fakta telur buatan bukanlah hal baru di China. Kursus-kursus latihan untuk “membuat telur buatan” tersebar luas di Beijing, Provinsi Henan, Shandong, Hebei dan Guangdong. Seorang wartawan Epoch Times telah melakukan pencarian di Internet dan menemukan banyak iklan seperti itu. Kelas-kelas dilakukan dari satu sampai dua hari dan biayanya berkisar antara 300 sampai 800 yuan (40-100 dolar AS). Sebuah pusat latihan tertentu di Kota Shangqiu mengajarkan teknik pembuatan telur buatan dan memberikan cetakan gratis dalam kursus tersebut. Pusat latihan tersebut menjamin bahwa “Anda sulit dapat membedakan bentuk dan rasa antara produk kami dengan telur yang sebenarnya.”
TELUR TIRUAN SUDAH MERAMBAH KE INDONESIA
Hati-hati telur Palsu dari Cina sudah merambah di Indonesia misalnya di wilayah Jabodetabek. Dikereta ekonomi banyak penjual telor rebus masih hangat dengan harga Rp. 500 saja. Padahal telur mentah aja di pasar sudah sekitar Rp. 1000 per butir. Setelah dicoba ternyata rasa dan aromanya mirip sekali, walaupun buat orang yang ‘Ahli Telur’ jelas sekali terasa berbeda.. Putih telurnya itu lebih keras seperti Jelly Nata Decoco, kuning telurnya tidak bulat, cuma sekilas mirip seperti adonan kue, walaupun aromanya mirip telur….dan semua telur yang dikupas posisi kuning telurnya itu sama semua seperti dicetak.
Dan mungkin peredaran telur sudah merambah kemana-mana. Untuk itu perlu kesadaran dari seluruh masyarakat untuk hati-hati dan mewaspadai hal tersebut dan kepada Pemerintah dan Instansi terkait, kami tunggu langkah kongkritnya. Sebab kalau hal ini dibiarkan berlarut-larut bahkan cuek, maka masyarakatlah yang akan menjadi korbannya. Jangan tunggu sampai ada korban, sebab mencegah lebih baik daripada mengobati...!. (yss).
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu