Liputan6.com, Jakarta: Novel Laskar Pelangi kini laris pula ketika difilmkan ke layar lebar. Ada banyak hal tercermin lewat film ini, antara lain karena dianggap mewakili mimpi jutaan anak Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Perjuangan belasan anak dari Belitong, Sumatra Selatan, untuk tetap bersekolah di tengah kemiskinan dan keterbelakangan pun kemudian menjadi inspirasi.
Tak heran kalau kemudian film ini memecahkan rekor penonton terbanyak. Belum genap dua pekan sejak ditayangkan pertama kali, angka 1,3 juta penonton langsung tembus. "Untuk ukuran film yang dibuat di Indonesia, ini jauh dari ekspektasi saya, jadi saya kira [nilai] sepuluh untuk film ini," ujar penulis Laskar Pelangi, Andrea Hirata, dalam dialog Barometer SCTV, Rabu (8/10) malam.
Banyaknya pujian terhadap film ini memang sebuah surprise, karena sejak awal tidak sedikit yang skeptis bahwa Laskar Pelangi versi layar lebar bisa menyaingi kehebatan novelnya. Keraguan itu antara lain diungkapkan Komarudin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta. "Sebelumnya saya sering kecewa, tapi setelah menonton film ini saya lega," tutur Komarudin.
Lantas, apa dampak film ini terhadap dunia pendidikan di Tanah Air serta menumbuhkan sikap tak gampang menyerah di kalangan generasi muda? Topik ini dikupas dalam tayangan Barometer SCTV dengan menghadirkan beberapa tokoh. Selain Andrea dan Komarudin, sutradara Riri Riza, Giring Nidji, aktor Slamet Rahardjo Djarot, pakar pendidikan anak Seto Mulyadi, dan mantan Bupati Belitung, Basuki, ikut bertutur dalam dialog ini. Dialog selengkapnya bisa disaksikan dalam tayangan video Barometer SCTV edisi 8 Oktober 2008.(ADO)
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu