Kendati dunia industri sedang diterpa krisis, perajin yang bergelut di industri kreatif diharapkan tidak menghilangkan unsur kreativitas dalam produknya. Hal ini karena kreativitas diyakini dapat membentuk dan mempertahankan pasar.
"Yang terpenting adalah menjaga kualitas. Walaupun ada proses produksi yang dikurangi, tetapi ide tetap diutamakan," ucap kurator dan desainer perhiasan Meike Sahala Hutabarat yang ditemui di kediamannya di Srondol Asri, Kota Semarang. Hal itu dilakukan Meike demi mempertahankan pasarnya, yang merupakan kalangan menengah ke atas.
Akibat krisis global, Meike mengaku omzetnya turun hingga 20 persen. Namun, hal itu tidak menjadikannya mengubah secara siginifikan nilai estetika dan fungsi pada produknya. "Mungkin bisa menyiasati dengan mengganti bahan baku, tetapi bukan berarti menghilangkan keindahannya," ucapnya.
Dalam usaha ekonomi kreatif, Meike menekankan pentingnya konsistensi agar tetap dihargai. "Untuk itulah, dia tetap bertahan dengan caranya. Saya tetap mempertahankan citra yang selama ini saya bentuk, yaitu tidak pernah memproduksi (secara) massal," ucapnya. Dengan begitu, ia dapat membangun pencitraan berbeda.
Meike mengharapkan adanya dukungan dari pemerintah terhadap bangkitnya industri kreatif di Indonesia. "Dukungan itu bisa berupa ruang pamer, penyelenggaraan pameran, promosi, dan menjembatani pasar," katanya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Banudojo Hastjarjo mengatakan, pentingnya kualitas dalam mempertahankan pasar di tengah krisis global. "Sebisa mungkin kualitas tetap dijaga dengan harga yang minimal. Maka, dengan sendirinya pasar akan memilih," ucapnya. kompas.com
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu