berulang kali mendesah. Keringatnya bercucuran meski ruangan itu ber-AC. Sementara ia berpeluh membongkar pasang rangkaian elektronik rakitannya, rekan satu timnya, Stevanus Yosianto, 10, sibuk mempersiapkan programming di komputer.
Sedang main apa sih? Ah, ternyata dua pelajar cilik ini bukan sedang merakit Tamiya atau mobil remote control. Ezra Christian dan Stevanus Yosianto adalah bagian dari 9 tim yang sedang berlaga di Kontes Robokidz kategori Beginner. Kontes ini digelar oleh Robokidz Computer and Robotics Learning Centre di Sriratu Pemuda Lantai 4 Semarang, Minggu-Selasa (4-6 Januari).
Cukup menarik kontes ini berlangsung. Sembilan tim terdiri atas 18 anak yang sebelumnya sama sekali belum pernah tahu tentang robot. Maka, sehari sebelum lomba, mereka diberi pelatihan selama 4 jam. Materinya semua hal yang nantinya akan mereka praktikkan saat kontes. Yakni Building Robot, Programming, Trial, dan Ambil Nilai.
Ternyata anak-anak Semarang ini cukup cerdas juga. Buktinya dalam kontes Minggu (4/1) kemarin, mereka sudah cukup mampu membuat sendiri robot sederhana.
Tak hanya bisa jalan. Robot ini juga harus bisa melewati rintangan. Yaitu mengelilingi sebuah kaleng minuman dengan mulus alias tanpa menyenggol. Selain itu faktor kecepatan juga diperhitungkan. Siapa memiliki nilai tertinggi, dialah pemenangnya.
Centre Manager Robokidz Semarang Anita Wijaya mengatakan, kontes yang ia selenggarakan untuk merangsang perkembangan robot di kalangan pelajar Kota semarang. Sasarannya pelajar kelas 4 SD hingga kelas IX SMP. Kontes terbagi dalam tiga kategori. Yakni beginner, junior dan senior.
"Beginner untuk yang belum kenal robot, junior untuk siswa kursus Robokidz level 1 dan senior untuk yang sudah pernah ikut kontes tingkat nasional."
Bagi peserta junior dan senior, kontes robot seperti ini sangat berguna untuk melatih mental dalam kontes robot tingkat nasional. Semisal di even Indonesian Robokidz Olympiad (IRO). Selain kemampuan building dan programming, mental yang kuat diperlukan untuk berpikir dan berani menentukan keputusan di saat-saat genting.
Di tingkat nasional, Kota Atlas ternyata punya bibit jenius. Namanya Fabian Wijaya dan Christian taruna Jaya. Kedua siswa kelas II SMP Domenico Savio itu berhasil merebut juara II pada kontes Robot IRO pada 2008 silam di Jakarta.
Meski begitu, perkembangan penggemar robot di Kota Lunpia, menurut Anita, tak sepesat di kota-kota besar lain seperti Jakarta, Bandung, atau Medan. Di beberapa kota itu, setiap kali kontes, peserta yang mengikuti bisa mencapai puluhan. "Kalau di Jakarta malah satu kategori bisa mencapai 80 peserta, Semarang bisa dikatakan masih ketinggalan." jawapos.com
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu