Sekitar 42 persen kasus HIV/AIDS di Indonesia berada di Papua. Penyakit mematikan itu hingga kini masih menjadi momok menakutkan bagi aparat pemerintahan di bumi Cenderawasih itu. Catatan penting di Hari AIDS yang diperingati hari ini.
"Saya bukan mendramatisasi keadaan. Tetapi, keadaan masyarakat di gunung-gunung, di kantor-kantor, dan di rumah tangga sudah menjadi ancaman serius bagi kita," kata Gubernur Papua Barnabas Suebu ketika memberikan sambutan pada acara pembukaan Pertemuan Pemangku Kepentingan untuk Percepatan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tanah Papua, yang berlangsung di Sasana Krida Kantor Gubernur Papua, Rabu pekan lalu (19/11).
Barnabas memang layak gundah. Sebab, penduduk di provinsi yang dia pimpin yang terkena penyakit HIV/AIDS, terus bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua, hingga Juni 2008, total kasus HIV/AIDS sudah menyentuh angka 4.114 (selengkapnya baca grafis).
Data tersebut direkam mulai tahun 1992. Berarti, jika dibuat rata-rata hingga tahun ini, jumlah penduduk yang kena HIV/AIDS adalah 242 orang per tahun (4.114 : 17 tahun)
Yang memprihatinkan, kelompok wanita yang terinfeksi HIV, jumlahnya juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, hingga Juni ini, wanita yang terinfeksi HIV sudah mencapai 1.146, lebih banyak dari pria (1.053).
"Kita semua harus menangani masalah ini secara serius. Kita harus bersama-sama menghimpun segenap kekuatan untuk menyatakan perang terhadap penyakit-penyakit menular, khususnya HIV/AIDS yang mematikan ini," tandas Barnabas.
Kepada Cenderawasih Pos, Barnabas mengatakan akan mengajak gubernur Papua Barat untuk membuat langkah besar bersama pada momen 1 Desember (peringatan hari AIDS sedunia), yakni memerangi penyakit HIV/AIDS.
Salah satu langkah yang digagas Pemprov Papua, kata Barnabas, adalah menyisihkan anggaran hingga ratusan miliar rupiah untuk membuat poster, pamflet, dan pelatihan-pelatihan di setiap kabupaten, distrik hingga ke kampung-kampung.
"Setiap kampung harus punya TV, radio, dan energi untuk listrik. Dana Respek yang ratusan juta pada 2009 akan kita fokuskan untuk perang terhadap penyakit ini (HIV/AIDS)," kata Barnabas.
Dia menambahkan, terjadinya penularan HIV/AIDS di tanah Papua kebanyakan karena pergaulan seks bebas. Awal dari semua itu, lanjutnya, adalah minuman keras. "Karena itu, saya menyatakan larangan terhadap narkoba, minuman keras di semua tempat, kecuali di tempat-tempat tertentu seperti di hotel-hotel. Tidak boleh ada kios dan toko yang menjual miras (minuman keras)," katanya.
Selain itu, gubernur Papua melarang terjadinya prostitusi di pinggir-pinggir jalan. "Polisi tidak boleh membiarkan hal tersebut. Praktik-praktik prostitusi, termasuk yang di hotel-hotel maupun di tempat lain tidak boleh dibiarkan," tegasnya lagi.
Komitmen yang sama ditegaskan Gubernur Papua Barat Brigjen Mar (pur) Abraham Oktovianus Ataruri. Dia berjanji menggerakkan seluruh potensi yang ada dalam masyarakat untuk bersama-sama memerangi HIV/AIDS, melalui LSM, gereja, hingga masyarakat adat. "Kalau bukan kitorang siapa lagi," katanya bersemangat.
Menurut Ataruri, pada 2006, prevalensi HIV/AIDS sebesar 2,4 persen dari 3 juta penduduk di Tanah Papua (sekitar 72 ribu orang).
"Jadi, sekitar 72 ribu orang di tanah Papua sudah terinfeksi HIV. Angka itu lebih tinggi dari jumlah penduduk di Kabupaten Fak Fak (salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat) yang hanya sekitar 60 ribu," katanya. "Atau tiga kali lipat dari jumlah penduduk di Teluk Wondama (salah satu kabupaten di Papua Barat) yang hanya 22 ribu orang. Ini jelas-jelas butuh perhatian yang ekstraserius," tandasnya.
Dia menjelaskan, untuk Provinsi Papua Barat, daerah yang pertama terjangkit HIV/AIDS adalah Kabupaten Sorong. Hingga kini pasien yang terinfeksi HIV mencapai 1.544 orang, dan 700 orang meninggal dunia karena AIDS.
"Jumlah ini sungguh signifikan. Apalagi, jumlah penduduk di Papua Barat hanya sekitar 723 ribu orang," lanjutnya.
Ketua KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Provinsi Papua Drh Constant Karma mengatakan, data kasus HIV/AIDS per 30 Juni 2008 di Papua mencapai 4.114 kasus. Kemudian di Papua Barat per 31 Mei 2008 telah mencapai 1.386 kasus. "Data ini telah merata di setiap kabupaten/kota di tanah Papua. Jika dibandingkan dengan angka nasional, 42 persen kasus HIV/AIDS di Indonesia berada di tanah Papua," paparnya.
"Meski telah banyak upaya pencegahan dan penanggulangan yang sudah dilakukan, belum semua daerah melakukan upaya serius," jelasnya. Karena itu, diperlukan percepatan yang berorientasi pada penanggulangan akar masalah, perencanaan matang, tepat sasaran, terintegrasi ,dan berdampak pada masyarakat luas. jawapos.com
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu