TORONTO - Perubahan iklim yang semakin ekstrim, berlahan namun pasti telah membuat keadaan Planet Bumi mendekati titik nadir. Kealpaan manusia dalam menjaga alam selama ini, ternyata tidak hanya membuat rusak kualitas udara, tetapi juga merubah struktur molekul organik yang ada di dalam tanah.
Menurut para peneliti dari University of Toronto Scarborough (UTSC), tanah di daratan telah terkontaminasi karbon dioksida dari atmosfir. Tingginya kadar karbon dioksida yang diserap membuat tingkat molekul dalam tanah berubah, sehingga mempengaruhi kehangatan di Bumi.
Keberadaan molekul organik sangat berguna sebagai pengurai kotoran yang dapat menjadikan tumbuhan berkembang dengan baik. Tanaman memang sangat membutuhkan molekul organik itu, selain tambahan energi dari mikroba dan air yang membuat tanaman ini bisa tumbuh layaknya yang manusia lihat sekarang.
Jadi bisa dipastikan jika salah satu molekul organik ini sampai hilang atau tidak bekerja maksimal, maka tanaman yang ditanam susah untuk berkembang.
"Dalam pandangan agrikultura, kita tidak bisa kehilangan karbon dalam tanah. Sedangkan global warming, telah membuat kita banyak kehilangan itu semua," tukas peneliti kimia dari UTSC� Myrna J. Simpson, seperti yang diberitakan New York Times, Rabu (26/11/2008).
Dalam penelitian ini para ilmuwan tidak bisa mengungkapkan secara detail komposisi molekul di dalam tanah itu, Karena, kandungannya yang sulit diurai, seperti bakteri, fungi, dan komponen yang lainnya.
Yang jelas, mereka mengingatkan bahaya global warming yang juga menyerang bagian struktur tanah. Sebab, jika tanah sudah tidak bisa ditanami lagi, maka ini bisa berbahaya umat manusia. (srn)
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
3 tahun yang lalu